Rabu, 14 Desember 2011

Pelajari dan Pelajari



Tadi pagi saya mendengar muhasabah dari ustad Maulana, walopun orang berkata dia adalah ustad  yang lebay.. tapi saya tetap menyukainya, karena tausiah yang dia berikan sangat menginspirasi hidup saya. Hm.. jadi isinya tadi begini kira-kira :
Janganlah kita membenci seseorang, karena seseorang yang kita benci yang notabene memiliki perangai yang jelek, sebenarnya dia tidak ingin ditakdirkan menjadi orang yan dibenci ataupun berperangai jelek, yaa.. itu hanya masalah takdir. والله ألم  
Kita sebenarnya tidak tahan juga akan orang yang berperangai jelek, dan pasti hasrat ini ingin sekali untuk merubah tingkah laku nya. Hm, walaupun orang tuanya  tidak bisa merubah sikap orang tersebut, kita tidak boleh meyerah, karena dengan doa dan usaha insyaallah bisa.  *down :')
Orang yang berperangai buruk itu merupakan cobaan yang الله beri terhadap orang yang sabar agar bisa lebih sabar dan lebih bijak. Tapi bagaimana dengan kondisi dia sendiri? Mudah-mudahan orang tersebut mau mencari hidayah, karena hidayah itu tidak datang sendiri.. Hidayah itu harus dijemput sama seperti jodoh.. Jodoh itu harus di jemput. 
Ya kembali lagi ke masalah memaafkan, sebenarnya memaafkan merupakan sifat allah yang tertuang dalam asmaul husna yaitu al-afuw, yang berarti yang maha pemaaf. Sebenernya jika kita sudah memaafkan kesalahan dia. Tapi mengapa dia terus mengulangi nya kembali dengan menyebar fitnah. Apakah tetap kita harus memaafkan nya? Ya begitupun dengan Allah, kita selalu meminta maaf kepada allah, tapi kita selalu mengulangi nya kembali. bagaimana jawaban dari allah.. semoga menjadi pelajaran bagi kita semua untuk saling memaafkan karena allah pun maha pemaaf.
Hm, kisah ini saya ambil dari catatan seorang teman yang menyatakan bahwa ada seorang mahasiswa S3 yang baru menyelesaikan program doktornya, dia mengutarakan bahwa semakin kita mengetahui agama secara lebih luas, maka semakin kita tersiksa dan terbebani. Hal itu sangat memberatkan, tapi dibalik semua itu dia tidak menyadari akan pentingnya arti kebahagiaan dari dalam jiwa. Sama halnya dengan jika kita naik kereta ekonomi dibanding dengan naik kereta eksekutive. jika kita naik kereta ekonomi kita bebas melakukan sesuatu, duduk sesukanya, bawa barang sesukaanya, merokok bebas, ga bayar pun asal ga ketauan bebas, hehe.. tapi kita tidak mendapat kebahagiaan akan hal itu. Beda halnya jika kita ingin memakai kereta ekonomi kita harus duduk sesuai dengan nomor kursi, barang yang dibawa harus disimpan dan dengan batasan yang jelas, tidak boleh merokok, dan sebagainya. Tetapi dengan batasan tersebut kita bisa merasakan kenyamanan dan kebahagiaan.


Ya.. seperti itu kebahagiaan memang harus di uji coba kan? apakah kita layak bahagia dengan mampu melewati segala macam aral rintangan dan benar-benar pantas berbahagia dengan kebijakan yang kita buat, dan tentunya harus menguntungkan kedua belah pihak. Dengan begitu, di saat hari penimbangan dosa dan pahala serta pertanggungjawaban kita kepada allah, kita tidak akan terlalu berlama untuk membahas dosa kita akan pertengkaran maupun hal yang membuat kita semakin rendah dihadapan Allah.

Share:
Lokasi: Dramaga, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar